Cerpen Cinta Terbaru 2018- Cinta yaitu sebuah emosi dari kasih sayang yang besar lengan berkuasa dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta yaitu sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan insan terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melaksanakan apa pun yang diinginkan
Cerpen Cinta Terbaru 2018
Cinta Dalam Doa
Aku bangun menatap sudut kamar. Memandang fotomu yang terpajang rapi dalam bingkai. Sudah enam bulan kau menghilang menyerupai tertelan bumi. Tidak ada satupun kerabatmu yang bisa ku hubungi. Akun facebook tampaknya sengaja kau hapus. Kamu membuatku hampir gila, memperlihatkan keinginan indah kemudian meninggalkanku layaknya sesuatu yang tidak bermakna.Aku mohon Bima, temui aku. Jika korelasi kita harus berakhir tak apa. Tapi saya ingin mendengar alasan eksklusif dari mulutmu. Airmataku sudah habis untuk menangisi kehilanganmu yang tanpa jejak. Aku terlalu setia. Sampai dikala ini hatiku tidak pernah terbagi. Tiap berganti hari saya selalu berharap ada kabar darimu.Saat ini saya merasa sangat kesepian. Ayahku dirawat di rumah sakit untuk mengobati penyakit kanker paru-paru yang dideritanya. Mungkin jikalau ada kau bebanku tidak akan terasa seberat ini. Bima, sungguh saya tidak sanggup menghadapi ini sendirian. Aku membutuhkanmu untuk tempatku berbagi. Ibuku meninggalkan ayahku untuk pria lain. Apakah kau juga begitu? Benarkah saya sudah tersingkir dari hatimu alasannya yaitu perempuan lain.Hari ini saya lulus dari pendidikan keperawatan. Aku sendiri merayakan kelulusanku tanpa ditemani orang-orang yang saya sayang. Kondisi ayahku terlalu lemah untuk menghadiri program wisudaku. Ibuku entah dimana keberadaannya. Bima Prayoga yang telah menjadi kekasihku hampir tiga tahun juga lenyap dari hidupku. Terlalu sadis kenyataan yang harus saya terima."Jangan memikirkan Bima terus, belum tentu ia mikirin lo" hampir setiap hari Yeni berkata menyerupai itu."Gak bisa Yen, bantu gue cari Bima" wajahku memelas menatap Yeni."Cari dimana? kita gak punya gejala keberadaan Bima. Kenapa harus Bima yang lo cari? sementara nyokap lo dibiarkan menghilang tanpa kabar" Yeni terlihat acuh.Aku berpikir seribu kali mendengar ucapan Yeni. Benar juga apa yang ia katakan. Seharusnya saya lebih mendahulukan mencari ibuku daripada Bima. Tapi, untuk apa mencari ibuku, seandainya bisa ku temui saya tetap tidak akan bisa membawanya kembali ke rumah alasannya yaitu ia sudah mempunyai keluarga baru. Untuk apa juga susah payah mencari Bima jikalau akibatnya mungkin saya akan kecewa. Waktuku terlalu banyak tersita untuk mereka yang telah melupakanku. Lebih baik saya habiskan waktuku untuk bekerja mencari uang supaya bisa membayar biaya pengobatan ayahku yang tidak sedikit.Bertahanlah ayah, berjuanglah melawan sakitmu. Cuma ayah yang saya miliki dikala ini. Jangan tinggalkan saya menyerupai mereka. Tidak ada seorangpun yang bisa melawan takdir. Pada akibatnya ayahku dipanggil oleh Tuhan. Aku sebatang kara, berjuang hidup sendirian di Jakarta. Pamanku mengajakku pindah ke Makasar. Bekerja di rumah sakit di sana. Aku menetapkan untuk meninggalkan Jakarta. Yang paling berat bagiku yaitu meninggalkan kenangan di rumah yang bertahun-tahun saya tempati bersama orangtuaku."Jangan lupa sama gue, kalau ada waktu usahakan tiba ke Jakarta" Yeni memelukku."Tenang aja, kalau ada waktu gue niscaya main ke Jakarta" saya menarik koper sambil melambaikan tangan.Aku merasa nyaman tinggal di Makasar. Di sini saya mempunyai keluarga baru. Tidak lagi merasa kesepian. Gajiku sebagai perawat cukup untuk memenuhi kebutuhanku. Hidup itu indah jikalau kita mensyukurinya. Lebih dari setahun saya kehilangan Bima. Tapi dikala ini saya dibentuk tidak berdaya dengan apa yang ada di depanku. Nyawaku menyerupai ditarik paksa. Dihadapanku terbaring sosok yang tidak lagi berdaya. Pasien penderita HIV AIDS yang harus kurawat ternyata yaitu Bima. Inilah balasan dari penantianku."Bima, benarkah ini kamu?" saya menghampirinya dengan langkah gemetar."Stop! Jangan dekati aku, tubuhku penuh dengan virus" Bima menolak untuk ku dekati."Bima, kenapa kau bisa menjadi menyerupai ini? saya sangat menderita kehilanganmu, tapi melihat keadaanmu kini membuatku lebih tersiksa" saya terisak di samping daerah tidur Bima."Pergi! Jangan sentuh aku, nanti kau bisa tertular" Bima meringkuk ketakutan."Jangan takut Bima, tertularpun saya mau supaya saya juga bisa mencicipi sakitmu" saya memeluk Bima."Jangan pergi lagi. Jangan menghilang lagi dari sisiku. Aku akan temani kau melawan sakitmu" bisikku di pendengaran Bima. Tiap detik virus-virus itu menggerogoti badan Bima.Mendengar bunyi rintihannya dikala menahan sakit membuat hatiku tersayat dan berdarah. Apa yang dokter lakukan hanya untuk memperpanjang waktu hidupnya, bukan untuk menyembuhkan. Aku harus kembali pasrah pada takdir. Bersiap ketika selesai hidup harus merenggut kembali orang yang ku sayangi."Tuhan, bagi rasa sakit yang Bima rasakan padaku supaya ia tidak terlalu menderita" itu doaku tiap detik. Daya tahan badan Bima semakin menurun. Tak ada lagi kekuatan untuk menahan sakitnya. Akupun tidak lagi mempunyai kekuatan untuk tetap tegar mendampingi Bima.Satu tahun kemarin menghilangnya Bima sudah cukup membuatku menderita. Tidak rela jikalau harus kehilangan lagi. Bima meninggal dalam pelukanku. Pelukan terakhirku untuknya. Selesai pemakaman Bima, saya membaca isi buku yang selalu Bima genggam tiap saat. Buku yang selalu dirahasiakan isinya oleh Bima. Di lembar terakhirnya tertulis.Meskipun Allah tidak mengizinkanku hidup lebih lama, tapi saya bersyukur telah diberi kesempatan untuk hidup dalam cintaku.Anggun, kau menjadi obat untuk penyakit yang tidak ada obatnya ini. Jika tiba saatnya saya harus kembali pada sang pencipta, mohon ikhlaskanlah. Sesungguhnya saya tetap hidup dalam hatimu. Jika kau rindu, kirimkan rindumu lewat doa. Cinta yang saya miliki yaitu cinta abadi untukmu. Aku bisa menjaganya hingga nafas terakhirku. "aku tulus Bima, istirahatkanlah tubuhmu dengan hening di sisi sang maha penjaga. Lepaskan semua rasa sakitmu. Cintaku tak akan putus dalam doa" airmataku menetes di sela buku harian itu. Perpisahan bukanlah kehilangan. Hanya batas tipis antara kisah dan kenangan. Semoga kita bisa bersama lagi dalam episode kehidupan yang lain. I love you Bima. (Vita Net)
Cerpen Cinta Terbaru 2018
Judul: Janji Yang Membisu
Oleh: Ajeng Anggela Sari
Oleh: Ajeng Anggela Sari
Janji kebersamaan kita yang tak akan pernah pupus terlekang oleh waktu. Kini kau telah hening disana sayang, menanti kehadiranku kembali untuk melanjutkan dongeng kita dulu. Allah punya cara untuk mengindahkan kisah kita dulu. Janji yang pernah kita sematkan dikala kebahagian sedang membasuh kita. Janji dariku Oky untukmu Seftya, dan untuk korelasi kita.
Dulu..
Dulu… Aku selalu berbahagia denganmu, menunggumu berjam-jam biasa bagiku, menunggu kehadiranmu kala kakimu menginjak gerbang sekolah selepas sekolah usai tak pernah membuatku jenuh. Tak pernah ekspresi ini rela untuk menegormu padahal begitu lamanya saya dibawah terik matahari yang lama hanya untuk menunggumu selepas sekolah.
Tak pernah sedikitpun kita bertengkar, berbicara angan kita untuk selalu bersama. Padahal 3 tahun sudah kita bersama, kau tetap selalu menjadi yang pertama. Cita-cita kita dulu dikala kita masih mengenakan seragam putih bubuk yaitu “Mendapatkan kebahagiaan yang layak untuk kita”.
Belajar bersama di sebuah Foodcourt selepas sekolah usai sambil bercengkrama, mengistirahatkan otak kita sambil bertukar pikiran ilmu yang kita temuakan di sekolah masing-masing itu hal yang selalu kita lakukan hampir setiap hari. Menyambangi rumahmu yang dikala itu semakin jauh alasannya yaitu kepindahanku dari Komplek kita dulu tak menjadi penghalang bagiku untuk selalu menjadi ojek gratis tumpanganmu.
Omelan papah kala saya pulang malam alasannya yaitu habis mengajarimu soal matematika yang sungguh susahnya masuk dalam pikiranmu tak bisa hentikan kebiasaan kita. Apalagi dikala celotehan mamahmu kala kita pulang terlambat dikala hujan menyerbu dan menghentikan perjalanan kita untuk berteduh alasannya yaitu saya tak pernah ingin kau sakit. Betapa bodohnya saya kala kau sakit alasannya yaitu tetesan air hujan itu.
Meski mamahmu sering bilang “makanya bawa mobil” tak membuatku berhenti untuk berguru setir mobil, meski rahasia dari papah. Aku memang telah ditinggal oleh sosok bidadari dalam diriku yaitu mamah, makanya saya selalu menghormati ribuan mamah didunia ini dan menganggap mamahmu yaitu mamahku. Kau selalu bersedih kala mamahmu memarahimu, tapi saya selalu senang dan semakin sayang pada mamahmu alasannya yaitu bagiku ini perhatian yang diberikannya untukku.
Memang malang sekali nasibku hanya numpang mamah darimu, tapi itulah yang membuatmu senang menceritakan tentangku pada mamahmu. Aku ingat kala itu mamahmu senang mendengar bahwa saya sekolah sambil kerja, itu yang membuatnya mendapatkan dan merestui korelasi kita. Kekokohan mamahmu dulu telah ku lunakan dikala info perjuanganku untuk melanjutkan hidup telah didengarnya.
Celotehan kebahagiaan pun menambah kebahagiaanku kala ku temukan ayahku kembali bersama perempuan yang menjadi penggati mamahku katanya, tapi bagiku tak ada yang bisa menggantikan sosok mamah. Aku ingat, dan niscaya selalu teringat dikala kita sedang bermain di sebuah pantai yang jaraknya sangat jauh dari rumah dan pastinya jauh dari keluarga jauh dari kehangatan rumah yang selalu kau rindukan alasannya yaitu saya sangat paham kau sulit jauh dari rumah. Karena bagimu kehangatan hanya ada dirumah dan ada dalam diriku.
Kita pernah pergi kesana, ke sebuah pantai yang sangat biru, pemandangan yang berarti diselimuti ribuan pasir pantai putih,kita bersenang-senang disana. Meskipun malamnya saya harus menunggumu tertidur dikala semua mata harus terpejam apalagi kalau kau insomnia alasannya yaitu kangen rumah.
Kau niscaya ingat, sore itu kala ujung pantai ingin menarik matahari yang berwarna oren keemasan, kita pernah berjanji, berjanji untuk selalu berbahagia. Janji kita dikala itu yaitu “Kita tak sehidup semati, alasannya yaitu Allah membuat kita untuk berbahagia. Jika salah satu diantara kita ada yang pergi, pergi mendahulukan keadaan, salah satu diantara kita tak boleh ada yang meneteskan air mata apalagi hingga meraung-raung untuk menghentikan keadaan.
Yang ditinggalkan haruslah melanjutakan kebahagiaan yang telah ditetapkan tuhan. Dengan mencari pengganti dari yang pergi” Janji itu kita sematkan diantara bergantinya masa diiringi kepergian matahari dari pelupuk mata. Kupikir itu hanya guyonan diantara candaan kita, tolong-menolong itu hanya ledekan apakah sanggup ia kutinggalkan alasannya yaitu yang ku tahu ia salalu menolak untuk kutinggalkan. Sungguh itu ledekan dan candaan yang terindah untukku.
Kala itu, sebuah sore yang panjang bagiku betapa susahnya saya mengajarimu rumus-rumus soal matematika untuk nghadapi Ujian Akhir Nasional. Selepas pulang sekolah sesudah refreshing sejenak hingga malam menyambangi kau gres bisa menuntaskan soal UN tahun lalu. Bagaimana dengan tahun kini yang katanya akan lebih sulit katamu.
Aku tahu, kau tak pernah ingin menghadapi hari esok, katamu seandainya hari esok bisa diskip niscaya kebehagiaanmu akan lengkap. Tapi tetap saja kau tak pernah bisa menghentikan hari esok atas perintah tuhan. Nampaknya kau bisa menuntaskan hari esok dengan senyummu, dan benar kau tersenyum kala kau menginjakkan kakimu keluar dari gerbang sekolahmu dan katamu “kau membuat soal sulit sekali, tapi tadi soalnya gampang tau..” Dan hanya senyum jawabku, itulah caraku biar kau bisa mengerjakan soal yang sulit padahal soalnya tak sesulit itu.
Aku hanya tak ingin kau tak bisa mengerjakannya kala tak ada lagi saya disampingmu. Selepas UN berakhir, benar saya demam tinggi, mamah tiriku pun kelimpungan merawatku. Apalagi kau malam-malam nekat menyambangi rumahku ditemani mamahmu alasannya yaitu kau tahu saya demam tinggi. Ku kira itu malam-malam terakhirku, ternyata kendaraan beroda empat yang dikendarai papah melintasi jalanan yang senyap menyelamatkanku dan dokterpun membantuku untuk selamat. Saat saya kritis saya tahu, kau bingung bukan main mamahmu pun yang terkadang galak dan terkesan membenciku luluh lagi alasannya yaitu melihat keadaanku yang lunglai tak berdaya.
Aku didiagnosa mempunyai penyakit kritis, tapi kau menguatkanku. Hampir tiap menit kau buang butiran-butiran air mata hanya untuk menangisiku padahal saya tak apa-apa, hanya saja dalamnya ginjalku menahan ketakutan untuk tak bernyawa lagi dan meninggalkan senyummu. Ku kira dikala itu saya yang akan meninggalkanmu, saya berpesan padamu untuk mengingat kesepakatan kita di bawah matahari yang terbenam sore itu. Kau menangis sejadi-jadinya kala ucapan itu terluncur dalam dekapku. Tapi Allah berbaik hati padaku, mungkin katanya pertemuanku dengan mamah dipending dulu yah alasannya yaitu kasihan melihat wajahmu yang begitu memelas padaku untuk selalu kuat.
Setelah hampir 2 ahad saya menyambangi rumah sakit yang telah bosan mendengar rintihanku, saya bisa pulang ke rumah dengan wajah yang sangat tak wajar. Itu 2 ahad yang sangat berat bagiku dan kamu, alasannya yaitu ga bisa seneng-seneng menyerupai biasa. Hari-hari berlalu dan kepulihanku pun mendiami tubuhku, meski harus dibantu obat untuk melanjutkan sisa hidupku tapi tak apalah demi kamu, demi senyuman itu. Detik-detik pengumuman UN pun masih sempat saya rasakan, apalagi kau dikala ingin tau dengan hasil matematikamu dengan hasil berguru padaku. Memang sempat kau rasakannya tapi hanya sebentar, kau malah pergi bersama supir pribadi papahmu untuk membeli kado untukku, bodohnya kau dikala itu mendustakanku.
Kau tak ingin diantar olehku kala itu, meski biasanya saya memaksa alasannya yaitu khawatir kau kenapa-napa. Dan benar, kau ijin padaku untuk pergi bersama pak Deo, ia supir pribadi papahmu yang sedang istirahat selepas mengantar majikannya pulang kantor. Entah apa yang ada dipikiran Pak Deo untuk mengantarkan anak dari Tuannya ke hadapan tuhan. Dijalan, dikala jalannan licin sesudah hujan mengguyuri sepanjang jalan, membuat kendaraan beroda empat yang dikendarai Pak Deo tergelincir, padahal jaket adidas yang telah kau beli dan sudah kau bungkus rapih dengan hiasan yang kau minta pada pelayan di sebuah distro olahraga telah kau siapkan untukku, tapi ternyata bukan kau yang memberikannya padaku, tapi mamahmu.
Kau pergi dengan waktu yang panjang dan sangat lama, bahkan kau tak pernah kembali mungkin kau menungguku disana, diujung peraduan dikala saya tak pernah bisa berhenti melupakanku. Disaat semua menangis, apalagi mamahmu meronta-ronta berharap waktu kembali dan berhenti, tapi saya tak pernah menangisi kepergianmu hingga kini dan hingga nanti, saya senang alasannya yaitu kau kembali padanya. Berarti sudah berhenti tanggung jawabku untuk menjagamu, ku yakin kau bisa menjaga dirimu disana.
Kutitipkan dirimu pada Allah alasannya yaitu ku yakin Allah akan selalu menjagamu dengan baik dan dengan kasih sayangnya. Sampai kau hembuskan nafas terakhirmu, dan kau pergi meninggalkanku disini saya akan selalu menyayangi dan mencintaimu. Jaket yang kau titipkan yaitu jaket dukungan terakhirmu dan akan selalu ku jaga. Kini kau senang disisi tuhan, dan saya telah senang bersama seorang perempuan berjulukan Jelita, ia yaitu kekasihku sekarang, maafkan saya bukan maksud hati ingi mengkhianatimu, tapi alasannya yaitu mamahmu yang memintaku untuk menjaga keponakannya itu dan ia sepupumu.
Berat tolong-menolong kala mamahmu memintaku menjaganya, tapi saya tak berdaya alasannya yaitu ku tahu ia tak berkawan dan tak ada yang menjaganya makanya, kini saya beralih untuk menjaganya. Kau tahu, betapa sempurnanya nilai matematikamu dikala UN, niscaya kau akan senang kala kau dengar pengumuman UN kala itu, kau mendapatkan nilai yang hampir tepat 98, bahkan saya kalah darimu yang hanya bisa mendapatkan nilai 95 dikala itu. Dan hasil Ujianmu lah yang terbaik di Sekolahmu, meski tak bertuah tapi nilai itu hanya kau yang mempunyai dan tak akan ada yang sanggup menggantikannya. ku harap kita akan bersama dikala waktu yang menyatukan kita kembali beradu. Tunggu saya sayang di Surga, saya niscaya akan menyambangimu nanti, kala Allah memintaku untuk kembali. Bahagialah kau disana dan jangan pernah kau menangis kala rindu menguras habis dirimu dan saya tak bisa menghapus tangis itu lagi.
Baca Juga : Kata Kata
No comments:
Post a Comment